kamu hilang, bersama hujan…

Rei

Disini hujan,
biasanya kamu ada bersama secangkir coklat hangat yang menggoda untuk disesap. Dengan selimut hangat warna ungu dan abu, hasil buruan kita saat kurang kerjaan mengitari mall dan tempat grosir di belahan selatan Jakarta. Dvd dan buku-buku bertumpuk, menemani obrolan kita yang terkadang ga penting untuk sekedar mengiringi atau menunggu hujan lelah mengucur dari langit.

Bocor di loteng, masih kubiarkan menganga. Dan jika terdengar suara benturan titik air dengan policarbonat yang terpasang di pinggir void, kamu biasanya akan bergegas mengambil ember kecil yang selalu tersedia di samping pintu atas. Dan aku…hanya memberikan sebuah serbet lusuh,
biar ndak ada suara yang berisik” begitu selalu kujawab pertanyaanmu.

Rei,
Kamar kita, masih seperti dulu. Hanya saja, aku selalu sendirian menunggumu kembali.
Tapi ini hari ke – 40 Rei, dan aku mulai tersadar, kamu bukan hanya pergi sebentar, seperti cerita-cerita di sinetron yang selalu kuputar jika malam mulai menghampar dan aku tak kunjung tiba terlelap.
Kamu sudah hilang Rei, selamanya…

…rindu ini, seperti sisa coklat hangat yang tertinggal di ujung-ujung syaraf lidahku, menghilang sekejap, lalu datang lagi ketika aku mencium aromanya dan mengingat rasanya…selalu Rei..selalu..


Tinggalkan komentar